Gambar 1. Berpose dengan para Guru BK peserta Diklat Genre bagi Guru BK bersama para siswa SMK Bina Cipta Insani Caringin Bogor |
Remaja sebagai generasi penerus merupakan aset bangsa
yang diharapkan mempunyai kualitas yang tinggi terutama dalam mencapai
cita-cita pembangunan bangsa, khususnya keluarga berkualitas. Mengingat
pentingnya keluarga dan lingkungan sekolah dalam menyiapkan dan mengembangkan
pembangunan sumber daya menusia yang berkualitas maka lembaga keluarga dan
sekolah perlu memperoleh pembinaan/peningkatan di bidang kesejahteraan dan
ketahanannya dalam memenuhi berbagai kebutuhan fisik, materiil,
mental-spiritual dan sosial melalui pelaksanaan 8 (delapan) fungsi
keluarga. Pelaksanaan fungsi tersebut
dapat dilakukan dengan memperhatikan kehidupan keluarga antara lain keluarga
anak dan remaja dan remaja itu sendiri serta perlu mendapatkan dukungan dari lingkungan
disekitar remaja tersebut, salah satunya sekolah.
Menurut World Bank, remaja memiliki 5 (lima) transisi kehidupan
yaitu melanjutkan sekolah, mencari pekerjaan, memulai kehidupan berkeluarga,
menjadi anggota masyarakat dan mempraktekkan hidup sehat. Empat transisi
kehidupan lainnya yang akan dimasuki remaja akan sangat ditentukan berhasil
tidaknya remaja mempraktekkan hidup sehat. Dengan kata lain, jika remaja gagal
mempraktekkan hidup sehat, maka kemungkinan besar remaja juga akan gagal
menjalani empat transisi kehidupan yang lain (World Bank,
2005). Di dalam konsep
kesehatan termasuk di dalamnya kesehatan reproduksi yang diartikan sebagai sejahtera
fisik, mental dan sosial yang baik, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan,
tetapi juga sehat dari aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi
dan prosesnya. Sedangkan kesehatan reproduksi remaja merupakan upaya untuk membantu remaja agar
memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap dan perilaku kehidupan reproduksi yang
sehat dan bertanggungjawab.
Pada tahun 2010
jumlah remaja usia 10-24 tahun terdapat sekitar 65 juta atau 28,63 % dari
jumlah penduduk Indonesia (BPS, 2010). Sementara jumlah
penduduk remaja di Provinsi Jawa Barat mencapai 11.358.704 jiwa atau sebesar
26,60% dari total jumlah penduduk di Jawa Barat. Jumlah remaja yang besar ini
seharusnya menjadi modal pembangunan untuk mewujudkan Jawa Barat yang mandiri,
dinamis dan sejahtera sesuai dengan visi Pemerintah Daerah Jawa Barat. Permasalahan remaja yang ada saat ini ditunjukkan dengan
masih rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Remaja
perempuan dan laki-laki usia 15 – 24 tahun yang tahu tentang masa subur baru
mencapai 29 % dan 32,3 %. Remaja perempuan dan laki-laki yang mengetahui resiko
kehamilan jika melakukan hubungan seksual sekali masing-masing baru mencapai
49,5 % dan 45,5 %. Adanya pergeseran kecenderungan ASFR 10-19 tahun dari
perkotaan menjadi perdesaan menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan usia
kelahiran di usia remaja yang diakibatkan peningkatan pola perilaku kesehatan
reproduksi remaja terkait adanya
penyebab langsung dan antara yang disebabkan adanya sikap lingkungan remaja
yang kurang mendukung adanya perilaku yang menggambarkan sadar reproduksi sehat
(SDKI 2012). Hasil SUSENAS 2013 menunjukkan rata-rata Usia Kawin Pertama (UKP)
pada usia 16,9 tahun serta ASFR 15-19 sebesar 37,1 (BPS, 2014). Dari data diatas dapat
disimpulkan bahwa perlunya peningkatan kompetensi para remaja
Indonesia karena disebabkan kurangnya memahami dan mempraktikkan hidup sadar reproduksi
sehat.
Sementara itu disisi
lain Provinsi Jawa Barat mentargetkan penurunan angka kelahiran pada remaja
usia 15-19 tahun dengan sasaran tahun 2016 sebesar 48 dan peningkatan indeks
pengetahuan remaja tentang kespro remaja menjadi 47,9% diharapkan dapat ikut
mensukseskan program Pendewasaan Usia Perkawinan melalui kampanye GenRe di
seluruh lapisan masyarakat.
Atas dasar pemikiran diatas maka dilakukan upaya pelatihan GenRe bagi pembina program remaja dan guru BP/BK SMP/SMU di Kabupaten/Kota karena mereka adalah fasilitator terdepan dan utama dalam melakukan bimbingan dan pembinaan keluarga yang memiliki remaja dan remaja itu sendiri yang harus dilakukan sedini mungkin dengan pendekatan yang aktual.
Pelatihan Program GenRe bagi Pembina Program remaja dan Guru BK di Provinsi Jawa Barat yang dilaksanakan di Balai Diklat KKB Bogor berlangsung selama 3 hari pada tanggal 26-28 Mei 2016 dan diikuti 32 Guru BK serta perwakilan sekolah SMP SMA dari 7 Kabupaten/Kota yaitu Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Depok, Kota Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Bekasi. Kegiatan ini merupakan kegiatan pertama yang dilaksanakan BKKBN bersama Musyawarah Guru BK (MGBK) dan dilaksanakan di Provinsi Jawa Barat di 3 balai diklat serta di Latbang Provinsi Jawa Barat dengan koordinasi bersama Bidang Keluarga Sejahtera (KS) BKKBN Provinsi Jawa Barat.
Kegiatan pelatihan GenRe di Balai Diklat KKB Bogor yang dibuka oleh Kepala Balai Diklat KKB Bogor pada tanggal 26 Mei 2016 yang dilanjutkan dengan pemberian materi terkait PIK Remaja dan seputar Tiga Ancaman Dasar Kesehatan Reproduksi Remaja (TRIAD KRR) serta kebijakan MGBK dalam pembinaan remaja diikuti oleh seluruh peserta dengan antusias dan penuh semangat. Pemateri berasal dari Ketua MGBK Provinsi Jawa Barat, Perwakilan MGBK Kabupaten Bogor, Dr. Oong dari BKKBD Kota Sukabumi sebagai praktisi TRIAD KRR dan widyaiswara Balai Diklat KKB Bogor. Pada tanggal 28 Mei 2016 dilaksanakan observasi lapangan ke tempat PIK Remaja Satria Muda Kreatif di SMK Bina Cipta Insani Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor yang merupakan Juara I Lomba PIK R basis sekolah tingkat Kabupaten Bogor dan Juara III Lomba PIK R basis sekolah tingkat Provinsi Jawa Barat Tahun 2016. Peserta berperan serta aktif dalam setiap proses dan pada akhir pelatihan merumuskan adanya kesepakatan tindak lanjut bersama sebagai Rumusan MGBK Peserta Diklat GenRe Provinsi Jawa Barat di Balai Diklat KKB Bogor Tahun 2016. Harapan peserta agar dapat dilaksanakan kegiatan rutin sebagai sarana silahturahmi dan meningkatkan ilmu BK bagi remaja sebagai upaya nyata menanggulangi dekadensi moral pada remaja Indonesia, khususnya di Provinsi Jawa Barat, yang menjadikan adanya Darurat Bahaya Kekerasan Seksual dan Darurat NAPZA-HIV AIDS.
Materi terkait GenRe dapat didownload pada link di bawah ini (silahkan klik untuk mengunduhnya)
|
Komentar
Posting Komentar